Jumat, 25 November 2011

Mewujudkan Pengusaha Penuh ‘Berkat’, Berkah dan Pejuang

Road To MEF 2012 : Mewujudkan Pengusaha Penuh ‘Berkat’, Berkah dan Pejuang
Muslimpreneur, tulisan berikut ditayang khusus menyambut pergelaran akbar di awal tahun 2012, Muslim Entrepreneur Forum. Sebuah ajang penting mewujudkan karakter pengusaha yang penuh ‘berkat’, berkah dan pejuang.
Yap, kami memang biasa menyebut profil pengusaha dengan bisnisnya yang sukses dunia akhirat sebagai bisnis yang penuh ‘berkat’, berkah dan pejuang. ‘Berkat’ bermakna bisnis kita menghasilkan profit yang terus tumbuh (growth) dan sinambung (sustain). Berkah adalah keridloan Allah Swt, Dzat Pemberi Rizki, yang diraih ketika seluruh amal bisnis kita berjalan sesuai dengan syariah-Nya. Dan, semua itu belum cukup tanpa karakter terakhir, yakni Pejuang. Pebisnis yang ingin berbisnis penuh ‘berkat’ dan berkah tak cukup hanya rindu pada syariah, namun lebih dari itu ia mesti melibatkan dirinya dalam perjuangan penegakan kembali syariah dan khilafah. Ini semua karena, bisnis Islami hanya akan berjalan ideal dalam sistem yang ideal pula, sistem Islam. Bukan dalam sistem saat ini, sistem kapitalis sekuler yang menghamba pada materi dan menghalalkan segala cara, jauh dari berkah!  Mari kita bedah anatomi bisnis penuh ‘berkat’ dan  berkah itu. Karakter pejuang akan dibahas khusus di luar tulisan ini.
Sejalan dengan kaidah ushul yang menyatakan “al-aslu fi al-af’al at-taqoyyud bi hukmi asy-syar’i ” yang berarti bahwa hukum asal suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum syara: wajib, sunnah, mubah, makruh  atau haram, maka pelaksanaan bisnis harus tetap  berpegang pada ketentuan syariah.  Dengan kata lain,  syariah  merupakan nilai utama yang menjadi payung strategis maupun taktis organisasi bisnis.
Dengan kendali syariah, bisnis bertujuan untuk mencapai empat hal utama, yakni:  (1) Target hasil: profit-materi dan benefit-nonmateri,  (2) Pertumbuhan, artinya terus meningkat (3)  Keberlangsungan, dalam kurun waktu selama mungkin, dan (4)  Keberkahan atau keridhaan Allah.
Target hasil: profit-materi dan benefit-nonmateri. Tujuan  bisnis  harus tidak hanya untuk mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi) setinggi-tingginya. Namun juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) non materi kepada internal organisasi bisnis kita (perusahaan) dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan,  kepedulian sosial dan sebagainya.
Benefit  yang dimaksudkan  tidaklah semata memberikan manfaat kebendaan, melainkan juga  dapat bersifat non materi. Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya berorientasi pada    qimah  madiyah.  Masih ada tiga orientasi lainnya, yakni   qimah  insaniyah,   qimah  khuluqiyah dan  qimah  ruhiyah. Dengan orientasi  qimah  insaniyah, berarti pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (shadaqah), dan bantuan lainnya.  Qimah  khuluqiyah mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlaqul karimah (akhlak mulia) menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam setiap aktivitas  pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta hubungan persaudaraan yang Islami bukan sekadar hubungan fungsional atau profesional.  Sementara, qimah  ruhiyah berarti perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam  setiap amalnya, seorang muslim selain harus berusaha meraih  qimah yang dituju, upaya yang dilakukan itu juga haruslah sesuai dengan aturan Islam. Dengan kata lain, ketika melakukan suatu aktivitas harus disertai dengan kesadaran hubungannya dengan Allah.
Jadi, amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan  kesadaran akan hubungannya dengan Allah SWT ketika melakukan setiap perbuatan dinamakan dengan ruh. Inilah yang dimaksud dengan menyatukan antara materi dengan ruh. Inilah juga yang dimaksud  bahwa setiap perbuatan muslim adalah ibadah.
Pertumbuhan. Jika profit materi dan benefit non materi telah diraih sesuai target, maka bisnis diupayakan agar mengalami pertumbuhan atau kenaikan terus menerus dari setiap profit dan benefitnya itu.  Hasil bisnis akan terus diupayakan agar tumbuh meningkat setiap tahunnya. Upaya penumbuhan ini tentu dijalankan dalam koridor syariah. Misalnya dalam meningkatkan  jumlah produksi seiring dengan perluasan pasar, peningkatan inovasi sehingga bisa menghasilkan produk baru dan sebagainya.
Keberlangsungan.  Belum sempurna orientasi bisnis bila hanya berhenti pada pencapaian target hasil dan pertumbuhan. Karena itu perlu diupayakan terus  agar pertumbuhan target hasil yang telah diraih dapat dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama. Sebagaimana upaya pertumbuhan, setiap aktivitas untuk menjaga keberlangsungan tersebut juga dijalankan dalam koridor syariah.
Keberkahan. Faktor keberkahan atau  orientasi untuk menggapai ridla Allah SWT merupakan  puncak kebahagiaan hidup manusia muslim. Bila ini tercapai,  menandakan terpenuhinya  dua syarat  diterimanya amal manusia, yakni adanya elemen niat ikhlas dan  cara yang sesuai dengan tuntunan syariah. Karenanya,   para pengelola bisnis  perlu mematok orientasi keberkahan yang dimaksud agar pencapaian segala orientasi di atas senantiasa berada di dalam  koridor syariah  yang menjamin diraihnya keridlaan Allah SWT.
Orientasi bisnis seperti ini adalah orientasi akhirat! Allah Swt berjanjiakan memberikan rezeki dan memudahkan urusan kepada orang-orang yang selaluberorientasiakhiratdalamsetiapperbuatannya, termasuk amal bisnisnya.
Allah Swtberfirmankepadamalaikat yang diserahiurusanrezekibani Adam:“Hambamanapun yang kalian dapaticita-citanyahanyasatu, yaitusemata-matauntukkehidupanakhirat, jaminlahrezekinya di langitdan di bumi; danhambamanapun yang kalian dapatimencarirezekinyadenganjujurkarenaberhati-hatidalammencarikeadilan, berilahiarezeki yang baikdanmudahkanlahia; danjikaiatelahmelampauibataskepadaselainitu, biarkanlahiasendirimengusahakanapa yang dikehendakinya. Kemudiandiatidakakanmencapailebihdariapa yang Akutetapkanuntuknya.”(HR Abu Na’imdari Abu Hurairahra).

Bukan hanya keluasan rizki, bisnis yang halal dan berkah juga membawa keberkahan dan nikmat hidup.Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :Wahai manusia, sesungguhnya Allah tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik (thoyyib) dan sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mukmin sebagaimana halnya Ia memerintah para Rasul. Kemudian, Ia berfirman, ” Wahai para Rasul, makanlah dari rejeki yang baik-baik, dan berbuat baiklah kalian. Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau ketahui.” Selanjutnya Beliau bercerita tentang seorang laki-laki yang berada dalam perjalanan yang sangat panjang, hingga pakaiannya lusuh dan berdebu. Laki-laki itu lantas menengadahkan dua tangannya ke atas langit dan berdoa, “Ya Tuhanku, Ya Tuhanku..”, sementara itu makanan yang dimakannya adalah haram, minuman yang diminumnya adalah haram, dan pakaian yang dikenakannya adalah haram; dan ia diberi makanan dengan makanan-makanan yang haram. Lantas, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR Muslim).

Al Qadliy berkata, “hadits ini merupakan salah satu pilar agama Islam dan tonggak dari hukum-hukum Islam. Ada 40 hadits yang menjadi bagian tak terpisahkan dari hadits ini. Di dalam hadits ini ada perintah kepada kaum Muslim untuk berinfak dengan rejeki yang halal serta larangan untuk berinfak dengan rezeki yang haram. Hadits ini juga menerangkan bahwa minuman, makanan, pakaian dll harus halal dan terjauh dari syubhat; dan siapa saja yang berdoa hendaknya ia memenuhi syarat-syarat tersebut dan menjauhi minuman, makanan dan pakaian yang haram.” (Imam Nawawiy, Syarah Sahih Muslim, hadits no 1686). Nah!

Jelas sudah bagi pengusaha yang ingin meraih ‘berkat’ dan berkah bahwa Islam telahmemotivasiumatnyauntukberbisnisdenganserius, dengantetapmemperhatikandanmelaksanakanketentuansyariat Allah Swtdankaidahsebabakibatatassegalausahanya. Halal danbaiklakukan, haram lagilaknattinggalkan.Allah pun akanmembalasnyadengan ‘reward’ kemudahanrezekidankemudahanurusanbisniskita.
Muslimpreneur, raihlah karakter bisnis yang penuh ‘berkat’ dan berkah!

Ir. Muhammad Karebet Widjajakusuma, MA
PraktisiBisnisSyariahBidangRiset, Konsultasi dan Training Berbasis Manajemen Strategis & Motivaksi Metanoiac
Pendiri Komunitas Pengusaha Rindu Syariah
Koordinator Pusat Lajnah Khusus Pengusaha H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar